Sendiri di Tengah Keramaian

Edwin Halim
3 min readJul 2, 2024

--

Photo by Ahmed Zayan on Unsplash

Pernah gak kalian ngerasain sendiri di tengah-tengah keramaian?

Aku pernah, mungkin lebih tepatnya cukup sering.

Dulu ketika duduk di bangku sekolah, aku termasuk anak yang pendiam. Bukan karena aku tak suka bergaul, tapi rasanya sulit bagiku tuk membuka topik pembicaraan. Bahkan, dengan orang yang menarik perhatianku pun, aku tak punya keberanian lebih untuk bertegur sapa. Aku nyaman dalam diamku dan memandangnya dari jauh.

Semua mulai berubah ketika aku memasuki bangku kuliah. Diam mulai terasa bukanlah sesuatu yang aku inginkan.

Meskipun aku diam, tapi aku punya teman bercerita, teman yang hanya ku kenal via sms gratis. Ya, jaman itu, belum ada whatsapp seperti sekarang.

Perlahan tapi pasti, aku lebih mudah bergaul dengan yang lain. Rasanya menyenangkan menjadi seseorang yang punya banyak teman.

Detik demi detik berlalu, tahun demi tahun, akhirnya satu per satu sahabat pun mulai punya kesibukan sendiri, dan waktu interaksi kita mulai menurun tanpa kita sadari.

Teman yang dulunya begitu dekat, sekarang untuk sekadar berkomunikasi via whatsapp pun udah gak pernah.

Kesepian

Ya… Kesepian.. mungkin itu yang aku rasakan, walaupun di kelilingi banyak orang, tak jarang aku merasa kesepian.

Perasaan yang gak bisa aku hindari, tiba-tiba muncul. Perasaan seperti tidak ada seorangpun yang bisa mengerti aku. Perasaan yang akhirnya mengubah aku kembali dari seseorang yang suka bergaul, menjadi seseorang yang belajar tuk nyaman dengan kesendirian.

Iya kesendirian yang mungkin ga semua orang sadari, karena cuma aku yang tau dan merasakan. Aku bisa saja tersenyum, tapi dalam hati, aku jelas merasakan ada yang kosong.

Lelah hati ini menjelaskan apa yang sudah terjadi. Terkadang, aku cuma mau di dengarkan, tapi mereka dengan mudah berkata agar aku …….

Merubah Mindset

Aku yang tadinya mau bercerita apa yang aku rasakan, merasa terpojok lagi. Seakan, aku yang salah. Mindset aku yang tidak benar.

Kalau bisa memilih, apa mungkin aku memilih hidup tanpa arah dan terombang-ambing?

Apa iya ada orang yang dengan sengaja memilih hidup dalam penderitaan?

Hahaha.. Sudahlah.. berharap orang lain mengerti sama saja menambah luka..

Satu hal yang aku sadari..

Ketika seseorang mau membantumu, dia akan membantu mu tanpa kamu minta.

Begitu juga..

Ketika seseorang ingin menghancurkanmu, dia tak akan segan tuk melakukannya, walau kamu sedang dalam posisi terpuruk sekalipun..

Mungkin kalian bingung, kok bisa berpikir begitu sih?

Well, tentunya aku punya alasan dan kisah nyata di baliknya.

Nanti yah.. satu satu.. aku masih punya segudang cerita untuk ku tulis.. aku cuma berharap.. kalian bisa memetik pelajaran yang aku alami… agar suatu saat nanti, kalian tak perlu melalui hal yang aku alami.

Dan doaku simple.

Semoga semua yang membaca ceritaku, bisa memiliki hidup yang lebih baik dariku

Kembali ke rasa sendiri, sesuatu yang aku rasa “it is part of my life” .. aku bisa saja sedang bersama sahabat, keluarga atau mungkin pasangan, tapi itu ga menutup kemungkinan, kalau aku tetap merasa sendiri.

Dan rasanya, tak salah kok merasa sendiri. Kenapa??

Karena cuma diri kita yang benar-benar paham diri kita.

Terima kasih ya buat diriku, yang selalu ada di saat suka dan duka.

sebagai pengingat tuk diriku di masa depan

No matter what had happened, I still have myself.

--

--

Edwin Halim
Edwin Halim

Written by Edwin Halim

Seseorang yang sedang berjuang tuk bertahan menghadapi segala terpaan badai kehidupan yang tak kunjung usai. Tulisan - tulisan ini untuk diriku di masa depan

No responses yet